Jakarta, bisabasi.id – PT Bursa Efek Indonesia melaporkan perkembangan terbaru untuk volume transaksi perdagangan bursa karbon. Bahkan, jika dibandingkan negara tetangga di kawasan Asia Tenggara, bursa karbon Indonesia telah menunjukan perkembangan yang sangat signifikan.
Direktur Pengembangan BEI Jeffry Hendrik menjelaskan berdasarkan data BEI per Oktober 2023 volume transaksi perdagangan bursa karbon telah mencapai 3 kali lipat atau sebesar Rp 1,7 juta ton CO2 equivalen. Dirinya pun mengajak seluruh perusahaan yang sudah tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk bisa berpartisipasi dalam perdagangan di bursa karbon.
“Dengan pencapaian sampai saat ini, kami ingin banyak lagi emiten yang memanfaatkan bursa karbon untuk memiliki strategi dalam mengurangi emisi dengan menerapkan konsep 3 P(People, Planet, Profit)”, ujarnya dalam acara CEO Network 2023 di Hotel Fairmont Jakarta. (7/11/2023).
Lebih lanjut Jeffry menambahkan, potensi ekonomi nilai karbon di Indonesia ke depannya akan sangat besar dimana nilainya mencapai USD 600 miliar, dan potensi tersebut tidak harus menunggu selama 31 tahun lagi tidak seperti dengan nilai kapitalisasi di perdagangan saham selama ini.
“Jika di bursa saham nilai kapitalisasi pasar selama 31 tahun telah mencapai USD 600 miliar, sedangkan untuk bursa karbon banyak studi yang dilakukan jika volume perdagangan bursa karbon tidak harus menunggu selama itu sudah mencapai USD 600 miliar”, tutupnya.
Bursa karbon sendiri telah diluncurkan pada 26 September 2023 dan dihadiri langsung oleh Presiden Joko Widodo. Dalam acara tersebut, Presiden Jokowi yakin potensi pasar bursa karbon Indonesia bisa mencapai Rp 3 ribu triliun.