Jakarta, bisabasi.id – PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memperkirakan penerbitan baru surat utang 2025 diperkirakan akan berkisar Rp139,29 hingga Rp155,43 triliun, dengan estimasi titik tengah pada Rp143,91 triliun.
Ekonom Pefindo Suhindarto menjelaskan bahwa, PEFINDO telah melakukan pemeringkatan pada 78,7% surat utang korporasi yang diterbitkan selama periode Januari 2025. Di mana, dari angka tersebut penggunaan dananya mayoritas untuk refinancing perusahaan.
“Tujuan penggunaan dana sebagian besar adalah untuk modal kerja (36,4%) dan refinancing (56,9%),” jelasnya dalam Konfrensi Pers Perkembangan Pasar Surat Utang Korporasi secara daring, Selasa (11/2/2025). (12/2).
Suhindarto menambahkan, besarnya potensi penerbitan surat utang korporasi di sepanjang tahun ini didorong oleh beberapa faktor diantaranya, kebutuhan refinancing yang diperkirakan masih cukup tinggi, dan suku bunga acuan yang lebih rendah.
“Kebutuhan refinancing diperkirakan masih tinggi seiring dengan nilai surat utang jatuh tempo yang masih besar mencapai Rp161,21 triliun pasca tingginya penerbitan bertenor pendek di tahun 2024,” ucapnya.
Selain itu, Suhindarto juga menyoroti beberapa tantangan dalam penerbitan surat utang korporasi di tahun 2025. Pertama, risiko Geopolitik masih diperkirakan tinggi seiring dengan perang yang masih berlanjut. Kedua, potensi fluktuasi nilai tukar. Ketiga, yield yang bisa saja cenderung sulit untuk turun seiring dengan rencana penerbitan surat utang pemerintah yang akan lebih besar.
“Dan persaingan dari instrumen substitusi seperti SRBI & SUN, akan dapat membayangi dan membuat penyerapan penerbitan masih kurang maksimal,” tutup Suhindarto.
Berdasarkan data PEFINDO, mandat yang diterima untuk penerbitan surat utang korporasi berdasarkan industri paling banyak berasal dari Pertambangan sebanyak 7 perusahaan, kemudian, Induk Perusahaan sebanyak 6 perusahaan, Multifinance sebanyak 5 perusahaan dan Perbankan sebanyak 4 perusahaan.