Jakarta, bisabasi.id – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian menggelar pertemuan bilateral antara Asia Zero Emission Community (AZEC) Indonesia – Japan Joint Task Force Steering Committee dengan Menteri Ekonomi, Perdagangan, dan Industri (METI) Jepang Saito Ken dan Ketua Dewan Direksi Japan Bank of International Coorporation (JBIC) Tadashi Maeda.
Dalam kegiatan ini, Menko Perekonomian Airlangga Hartanto didampingi Menteri Investasi/Kepala BKPM Rosan Roeslani dan Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional Kemenko Perekonomian Edi Prio Pambudi.
Menko Perekonomian Airlangga Hartanto menjelaskan, pihaknya mengapresiasi kepada Pemerintah Jepang atas kemajuan yang telah diraih sejak AZEC Indonesia – Japan Joint Task Force dibentuk pada tahun lalu guna mendorong investasi sektor swasta untuk mempercepat transisi energi dan ekonomi hijau.
Melalui forum tersebut, mengidentifikasi peluang hingga mencari solusi secara bersama – sama atas tantangan investasi di bidang transisi energi. Berdasarkan hasil dari rangkaian pertemuan tersebut, terdapat sejumlah proyek potensial yang dikategorikan dalam tiga kategori berdasarkan kesiapan proyek.
“Pada kategori I, terdapat proyek – proyek komersial yang siap dilaksanakan antara lain proyek panas bumi Muara Laboh dan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Legok Nangka. Dan, untuk kategori II terdapat proyek potensial yang siap dikomersilkan namun masih dalam tahap studi kelayakan atau fasebility study,” jelas Airlangga dalam keterangan tertulis. (22/8).
Komitmen Indonesia dalam Pengembangan Proyek Energi Hijau
Adapun, terkait sejumlah tantangan yang muncul dalam pengembangan proyek dirinya juga menegaskan kembali komitmen Indonesia untuk terus memfasilitasi proses debottlenecking guna mempercepat pelaksanaan proyek.
“Komitmen dalam mendukung fasilitasi atas investasi pada proyek – proyek potensial lainnya seperti pada produksi Crude Coconut Oil (CCO) untuk Sustainable Fuel Aviation (SFA), pembangkit listrik tenaga panas bumi, pembangkit listrik tenaga air, produksi ammonia hijau dan hidrogen hijau,” paparnya.
Airlangga juga berharap agar ke depannya, kerja sama AZEC ini dapat menghadirkan iklim yang mendukung pengembangan pembiayaan hijau di Indonesia untuk memobilisasi investasi domestik dan asing.
“Serta menciptakan instrument keuangan yang inovatif maupun dengan mekanisme berbasis pasar yang efektif seperti melalui perdagangan karbon dan sistem perdagangan,” sambung Airlangga.
Sementara, pada kategori III terdapat sekitar 74 MoU maupun inisiatif yang perlu diidentifikasi dan dipelajari lebih lanjut. Potensi investasi yang teridentifikasi dari kategori ini, akan ditingkatkan kembali ke kategori II dan kategori I.