Bisa Basi

Emiten HM Sampoerna (HMSP) Rombak Jajaran Direksi

Jakarta, bisabasi.id – Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) telah menyetujui penunjukan Ivan Cahyadi sebagai Presiden Direktur Sampoerna menggantikan Vassilis Gkatzelis. Selain itu, para pemegang saham juga menyetujui penunjukan Yohan Lesmana sebagai Direktur Perseroan efektif per 1 Mei 2024. Dengan demikian, jajaran Direksi HMSP mengalami perubahan setelah keputusan RUPST tersebut.

Presiden Komisaris Sampoerna John Gledhill mengatakan, penunjukan Ivan Cahyadi sebagai Presiden Direktur yang baru dinilai sangat tepat mengingat Ivan merupakan sosok pemimpin yang layak untuk terus memantapkan posisi perseroan sebagai pemimpin industri di Indonesia.

“Dengan pengalaman yang ekstensif di Sampoerna, kami percaya Ivan adalah sosok pemimpin yang tepat bagi Sampoerna untuk memantapkan posisi Perseroan sebagai pemimpin industri di Indonesia dan meneruskan penciptaan efek berganda bagi semua pemangku kepentingan,” kata John dalam keterangan resminya secara tertulis. (24/4).

Ivan Cahyadi bergabung dengan Sampoerna pada tahun 1996 sebagai Management Trainee dan mengembangkan kariernya dengan menduduki sejumlah posisi di Sampoerna, termasuk Manajer Pengembangan Organisasi (1999-2000), Manajer Market Inteligensia (2000-2004), Kepala Pengembangan Strategi Penjualan (2004-2005), Kepala Zona Penjualan (2005-2009). Ivan kemudian ditugaskan di afiliasi PMI di Malaysia sebagai Direktur Penjualan dan Distribusi pada tahun 2009. Ia kembali ke Sampoerna pada tahun 2010 sebagai Kepala Zona Penjualan, sebelum selanjutnya diangkat sebagai anggota Direksi pada 2016.

Kinerja Keuangan HMSP Sepanjang 2023

Sementara itu, berdasarkan laporan keuangan perseroan sepanjang 2023 perseroan berhasil mencatatkan pertumbuhan laba bersih sebesar 28,0% dibandingkan tahun 2022, yang mencapai Rp.8,1 triliun, serta mempertahankan kepemimpinan di industri tembakau Indonesia dengan pangsa pasar sebesar 28,6% dan volume keseluruhan sebesar 83,4 miliar batang berkat portofolio yang kuat di seluruh segmen, terutama pertumbuhan segmen Sigaret Kretek Tangan (SKT) yang padat karya.

Saat ini, industri tembakau masih menghadapi tantangan-tantangan utama dengan kenaikan tarif cukai dua digit yang signifikan di atas tingkat inflasi, kesenjangan cukai yang semakin besar antara segmen Volume Golongan 1 dan segmen Di Bawah Volume Golongan 1 yang dikenakan cukai lebih rendah, serta meningkatnya peredaran rokok ilegal. Secara keseluruhan, volume industri rokok nasional mengalami penurunan sebesar 4% dibandingkan 2022. Meskipun dalam kondisi yang penuh tantangan, penjualan bersih Sampoerna meningkat sebesar 4,3% menjadi Rp116,0 triliun, meskipun profitabilitas masih jauh di bawah tingkat sebelum pandemi.

Share:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top