Jakarta, bisabasi.id – Harga komoditas minyak sawit mentah (CPO) saat ini diperkirakan memasuki fase uptrend jangka pendek, memberikan angin segar bagi sejumlah emiten di sektor perkebunan.
Produksi CPO sendiri diproyeksikan akan terus meningkat hingga September mendatang, melanjutkan tren pertumbuhan positif selama tiga bulan berturut-turut hingga Mei. Kondisi cuaca yang mendukung dan program penanaman kembali yang berkelanjutan menjadi faktor pendorong utama di balik peningkatan produksi ini.
Namun, di tengah potensi tekanan pasokan, tanda-tanda permintaan ekspor yang kuat berhasil meredam sebagian kekhawatiran tersebut, menciptakan keseimbangan yang menguntungkan bagi pasar CPO.
Menurut Herditya Wicaksana, Head of Research MNC Sekuritas, kenaikan harga CPO ini akan membawa dampak positif bagi beberapa emiten sawit. Salah satu yang disoroti adalah PT Jaya Agra Wattie Tbk (JAWA).
“Dengan berada dalam fase uptrend, kenaikan harga CPO akan memberikan efek positif ke beberapa emiten sawit. Salah satunya PT Jaya Agra Wattie Tbk (JAWA),” terang Herditya pada Selasa (17/6/2025). (18/6).
Herditya merekomendasikan strategi Buy if Break untuk JAWA, dengan level support di 171 dan resistance di 190. Target harga saham JAWA diproyeksikan berada dalam rentang 200 hingga 212 per saham.
Meskipun demikian, Herditya menyarankan investor untuk melihat investasi di emiten CPO sebagai peluang jangka pendek terlebih dahulu.
“Saat ini untuk emiten-emiten CPO kami perkirakan dapat untuk investasi dalam jangka pendek terlebih dahulu, karena melihat pergerakannya dalam beberapa waktu belakangan ini cenderung konsolidasi,” tambahnya.
Kinerja Positif JAWA dan Harapan Kenaikan Harga CPO

Secara terpisah, Reza Priyambada, Director PT Reliance Sekuritas Indonesia Tbk, menyoroti kinerja keuangan JAWA yang impresif di Kuartal I-2025. JAWA berhasil membukukan keuntungan Rp21,6 miliar, berbalik dari kerugian di Kuartal I-2024. Peningkatan ini didorong oleh kenaikan penjualan dari komoditas utama perseroan, yaitu minyak sawit.
“Imbas dari peningkatan Harga di sepanjang 2024 yang berlanjut ke Q1-25 serta peningkatan volume jual tampaknya turut berimbas positif pada kinerja JAWA,” ujar Reza. Ia juga berharap harga CPO dapat terus terjaga dengan baik di masa depan, demi dampak positif berkelanjutan terhadap kinerja JAWA.
Reza Priyambada menambahkan bahwa kinerja emiten CPO sangat bergantung pada fluktuasi harga dan permintaan CPO di pasaran. Hal ini secara langsung akan memengaruhi pergerakan harga saham emiten-emiten CPO yang cenderung berfluktuasi mengikuti perubahan harga dan sentimen industri.
“Selain harga, sentimen tambahan semisal dari kebijakan pemerintah kita terhadap pengembangan biodiesel hingga sentimen luar baik itu dari imbas pergerakan harga komoditas maupun sentimen demand CPO seperti adanya entry barrier terhadap produk CPO di sejumlah negara turut memengaruhi harga CPO itu dan bisa jadi juga akan memengaruhi pergerakan saham-saham CPO,” tegas Reza.
Untuk investasi jangka panjang di sektor CPO, penting untuk memperhatikan outlook keseluruhan CPO itu sendiri. Mengingat banyaknya olahan produk CPO yang dapat digunakan di berbagai industri seperti ritel, konsumen, dan kosmetik, kebutuhan akan komoditas ini seharusnya tetap tinggi.
Namun, investor perlu memahami bahwa pergerakan harga komoditas CPO akan selalu berfluktuasi mengikuti sentimen yang ada.
“Ini juga akan memengaruhi pergerakan harga saham-saham komoditas. Ini yang perlu kita sesuaikan ketika berinvestasi di saham-saham CPO sehingga sifatnya situasional,” tutup Reza Priyambada.